KURIKULUM BERDIFERENSIASI
UNTUK ANAK BERBAKAT
Makalah
ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi
Pendidikan
Dosen Pengampu :
Fetty Ernawati, M. Pd
Disusun
oleh:
Aulia
Ridho Pratiwi
(113
111 061)
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem layanan
pendidikan bagi semua anak didik mengacu pada system pendidikan anak normal, yang
artinya semua anak mendapat perlakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran
seringkali tidak tercapai karena tidak memperhatikan heterogenitas potensi anak
didik. Anak- anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal apalagi yang
memiliki keterbatasan fisik seringkali tertinggal mengikuti pelajaran
Begitu juga halnya dengan anak- anak yang memiliki tingkat
inteligensi di atas normal ataupun anak yang memiliki bakat khusus, mereka
mendapatkan perlakuan seperti anak - anak normal. Akibatnya mereka akan merasa
jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under achiever).
Sebagai respon terhadap kelemahan model pembelajaran masa klasikal
ini, maka pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusinya. Dalam makalah
ini akan dibahas mengenai kurikulum berdiferensiasi untuk anak berbakat agar
pembaca mengetahui kurikulum yang tepat untuk peserta didik khususnya anak
berbakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum Berdiferensiasi
Istilah
diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat
tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun
model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual
anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru
dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi
semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan
berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program
khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses
belajar dan produk belajar.
B.
Hakekat
Pembelajaran Berdiferensiasi
Penanganan
anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-ke-lemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka
telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu berdiferensiasi (differentiated
instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat
dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan
belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan peng-ajaran
pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.
Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan untuk anak
berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1.
Prescribed
Curriculum and Instruction
Level
pertama, prescribed
curriculum and instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh
standard lokal dan tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang
cocok untuk siswa berbakat.
2.
Teacher-Differentiated
Curriculum
Pada
level kedua, teacher-differentiated curriculum, guru memodifikasi
kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan menantang untuk
siswa berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai seorang ‘murid’
saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3.
Learner-Differentiated
Curriculum.
Level
ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah level tertinggi dimana
murid berbakat dianggap sebagai “producers of knowledge”, bukan hanya “consumers
of knowledge”. Level ini mendukung perkembangan self-discovery,
self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain perkembangan kognitif, pada
level ini jug mengembangkan faktor sosial dan emosional murid. (George
Betts, 2004:190-191)
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa
kegiatan, yaitu:
a.
Beragam
cara agar siswa dapat mengeksplorasi kurikulum.
Dalam kaitan dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka para siswa
memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan
sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah
kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
b.
Beragam
kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki
informasi dan ide.
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar
siswa untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan
informasi yang di-perlukan. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses
tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat
dari (Suryosubroto, 1996:72) : (1) berbuat sesuatu untuk memahami materi
pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari, memahami, dan
menemukan
sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan; (3) merasakan sendiri
bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya; (4) belajar dalam
kelompok; (5) mencob akan sendiri konsep-konsep tertentu; (6)
meng-komunikasikan hasil pikiran, pe-nemuan dan penghayatan nilai-nilai secara
lisan atau penampilan.
c.
Beragam
pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses pembelajaran ber-diferensiasi harus memberikan ruang yang
luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka
pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar
menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya;
Kedua, anak didik belajar mengapresiasi kar-ya atau infomasi yang disampaikan
orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan
dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang
lain. (Tomlison, 1995)
C.
Karakteristik
Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum,
yaitu:
a.
Pengajaran
berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus
berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat
mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak lambat
(struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide- ide dari konsep-konsep
yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan
aplikasi konsep pokok tersebut.
b.
Evaluasi
kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar siswa harus dievaluasi untuk
dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran
yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain.
Oleh karena itu, tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu
dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi
kesiapan dan minat siswa dengan memberikan dukungan bila siswa membutuhkan
interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama
bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
menantang.
c.
Ada
pengelompokan siswa secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi, siswa berbakat sering belajar
dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun
belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu siswa dapat
diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa
untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu,
sedangkan
bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh
untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran
modul.
d.
Siswa
menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar
(learning how to learn ). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar
penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara
mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan
pembelajaran siswa telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani
berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang
dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru adalah
membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi secara
simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator,
dan bukannya sebagai dispenser informasi. (Mukti dan Sayekti, 2003:37)
D.
Prinsip-Prinsip
Pengajaran Berdiferensiasi
a.
Prinsip
Individualitas
Perbedaan individual merupa-kan salah satu masalah utama dalam
proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan
individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam
memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif (Suryosubroto,
1997: 84).
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang hanya
ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok
siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa
sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa
secara optimal.
b.
Prinsip
Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran
yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar
apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu
berbeda. Siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
c.
Prinsip
Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif men-jadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi
eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau metode dan media
mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik minat dan
dibutuhkan siswa; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan
kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan
Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
d.
Prinsip
Latar/Konteks
Latar atau konteks mengan-dung arti bahwa pembelajaran harus
dikaitkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa membuat
hubungan antara penge-tahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa.
e.
Prinsip
Minat dan Kebutuhan Siswa
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang.
Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat
keaktifan belajar siswa. Dengan demikian dalam ran gka meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
f.
Prinsip
Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama,
informal assessment , biasanya di-lakukan oleh guru melalui observasi berbagai
keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru
untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua,
formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar,
tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif,
kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
g.
Prinsip
Terpadu
Artinya penyelenggaraan pem-belajaran anak berbakat dikembangkan
dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di
ruang kelas yang sama.
E.
Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi
terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk,
lingkungan dan evaluasi (Howard, 1999, W einbrenner, 2001 dalam Mukti dan
Sayekti, 2003).
a.
Materi
pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1.
Pemadatan
materi pelajaran
2.
Studi
intradisipliner
3.
Kajian
mendalam
b.
Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi
proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1.
Mengembangkan
kecakapan berpikir.
2.
Hubungan
dalam dan lintas disiplin
3.
Studi
mandiri
c.
Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong siswa untuk
mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam
format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide.
Misalnya daripada meminta siswa untuk menambah jumlah halaman laporan dari
suatu bab, guru bisa meminta siswa untuk mensintesis pengetahuan yang telah
diperoleh.
d.
Lingkungan
Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan,
begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia).
Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau
membawa siswa ke masyarakat.
e.
Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk
mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus
memastikan bahwa siswa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan
penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan,
topik atau unit baru mata pelajaran.
F.
Faktor-Faktor
yang Perlu Diper-hatikan dalam Penyelenggaraan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiation
Instruction )
1.
Perpustakaan
Perpustakaan memberi kemungkinan setiap anak dapat belajar secara
individual. Dalam program belajar bebas (independent study) atau aktivitas
program pengayaan bagi anak cepat perpustakaan merupakan tempat dan fasilitas
penting. Tanpa ada perpustakaan yang memadai maka sangat sulit untuk dapat
melaksanakan program independent study atau pengayaan itu. Secara ideal
perpustakaan yang baik adalah yang memiliki jumlah buku dengan ratio satu orang
10 buah buku.
2.
Penyediaan
alat pengajaran
a.
Laboratorium
atau workshop yang memadai.
b.
Jadwal
pelajaran yang fleksibel, yang memungkinkan beberapa murid tingkat II misalnya
meng-ikuti pelajaran tingkat III dalam mata pelajaran tertentu.
c.
Pengembangan
program inde -pendent study.
d.
Pengembangan
program pe -nyuluhan dan bimbingan.
e.
Pengembangan
team teaching.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembelajaran berdiferensiasi (differentiation i instruction) adalah
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Dalam pengajaran berdiferensiasi ini, guru
menggunakan beberapa kegiatan, yaitu: (a) beragam cara agar siswa dapat
mengeksplorasi kurikulum; (b) beragam kegiatan atau proses yang masuk akal
sehingga siswa dapat mengerti dan memilik informasi dan ide; (c) beragam
pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kurikulum berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum,
yaitu: (a) pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran;
(b) evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kuri-
kulum; (c) ada pengelompokan siswa secara fleksibel; (d) siswa menjadi
penjelajah aktif (active explorer).
Adapun prinsip-prinsip kurikulum berdiferensiasi, meliputi (a)
prinsip individualitas; (b) prinsip belajar tuntas; (c) prinsip motivasi; (d)
prinsip latar/konteks; (e) prinsip minat dan kebutuhan siswa; (f) prinsip
penilaian (assessment); (g) prinsip terpadu.
Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi
terhadap lima unsure kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk,
lingkungan dan evaluasi. Sedangkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan
pembelajaran berdiferensiasi (differentiation instruction) meliputi
perpustakaan dan penyediaan alat pengajaran yang terdiri atas laboratorium atau
workshop yang memadai, jadwal pelajaran yang fleksibel, pengembangan program
independent study, pengembangan program penyuluhan dan bimbingan, dan
pengembangan team teaching.
DAFTAR
PUSTAKA
Betts, George
(2004) “Fostering Autonomous Learners
Through Levels of Differentiation,” Roeper Review vol.24: 190-191.
Mukti, Abdul
dan Sayekti, Adjie, (2003), Gerbang; Majalah Pendidikan, 4, 36 -38.
Suryosubroto, B., (1997), Proses Belajar
Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Tomlinson, C.
A., (1995), Differen-tiating Instruction for Advanced Learners in the Mixed
Ability Middle School Classroom. ERIC Claring house on Disabilities and Gifted
Education. [Article published online]. Retrieved December 7, 2001 from the
http://www.ericec.org/digests/e
536.html