Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Tafsir 1
Dosen
Pengampu :
Ahmad Nur Rohim, Lc, M. Pd
Disusun oleh:
Aulia Ridho Pratiwi
(113 111 061)
FAKULTAS
TARBIYAH DAN BAHASA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012
A.
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan tidak
hanya kita peroleh dari sebuah buku-buku yang diciptakan yang belum
kita ketahui, atau pengalaman-pengalaman yang kita alami tapi, ilmu pengetahuan bisa kita dapat dari berbagai hal dan pengalaman
apapun itu. Kebanyakan orang yang hanya bisa menyimpulkan
Al-qur’an tanpa mendalaminya hanya mengatakan al-qur’an adalah
pedoman yang isinya mengatur dan memperjelas tentang agama, Definisi seperti
itulah yang salah kaprah.
Didalam Al-qur’an banyak juga terdapat ilmu-ilmu yang
mengenai tentang ilmu pengetahuan, kekuasaan, kebesaranNya dan bumi serta
langit dan sebagainya. Hal ini membuat kita mendapatkan pengetahuan dan
pelajaran yang berharga yaitu menggunakan akal untuk
mempelajarinya sebagai wujud syukur. Mungkin sedikit cuplikan ayat
tentang perkapalan atau pelayaran akan membantu kita untuk mengingat dan memikirkan kebesaranNya dengan
pelajari Alam semesta.
B.
TEKS AL-QUR’AN SURAT YUNUS
1.
Teks Ayatnya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ
طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ
كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
(22)
2.
Artinya
Dengan menyebut nama AllahYang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
22.
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di
lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera
itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang
dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau
menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang
yang bersyukur." (Al-Qur’an Digital)
C.
MAKNA PERKATA
1.
Makna Indonesia
هُوَ =
dia
الَّذِي =
yang
يُسَيِّرُكُمْ = menjadikan kamu dapat berjalan
فِي الْبَرِّ = didaratan
وَالْبَحْرِ =
dan lautan
حَتَّى =
sehingga
إِذَا =
apabila
كُنْتُمْ =
adalah kamu
فِي الْفُلْكِ = dalam bahtera
وَجَرَيْنَ =
dan meluncur / berlayar ia
بِهِمْ =
dengan mereka
بِرِيحٍ =
dengan angin
طَيِّبَةٍ =
yang baik
وَفَرِحُوا =
dan mereka bergembira
بِهَا =
dengannya/ karenanya
جَاءَتْهَا =
datang kepadanya
رِيحٌ =
angin
عَاصِفٌ =
badai
وَجَاءَهُمُ =
dan datang/ menimpa mereka
الْمَوْجُ =
gelombang
مِنْ كُلِّ =
dari tiap-tiap/ segenap
مَكَانٍ =
tempat/ penjuru
وَظَنُّوا =
dan mereka mengira
أَنَّهُمْ =
bahwasanya mereka
أُحِيطَ =
diliputi/ terkepung
بِهِمْ =
dengan mereka
دَعَوُا =
mereka berdo’a
اللَّهَ =
Allah
مُخْلِصِينَ = mengikhlaskan
لَهُ =
kepada-Nya
الدِّينَ =
ketaatan/ agama
لَئِنْ =
sesungguhnya jika
أَنْجَيْتَنَا = Engkau menyelamatkan kami
مِنْ هَذِهِ =
dari ini
لَنَكُونَنَّ = pastilah kami berada/ menjadi
مِنَ =
dari/ termasuk
الشَّاكِرِينَ = orang-orang yang bersyukur
2.
Makna tafsir
هُوَ = Dialah
Maksudnya
adalah Allah Yang Maha Kuasa, bukan Selain-Nya.
الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ = Yang menjadikan kamu dapat berjalan.
Maksud “yang menjadikan kamu” adalah manusia
yang tidak pandai bersyukur melalui potensi yang dianugerahkan-Nya serta
hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya, dapat berjalan dengan cepat.
فِي الْبَرِّ =
di daratan
Maksudnya
adalah Allah menjadikan manusia berjalan dengan cepat di daratan baik dengan
berjalan kaki maupun dengan berkendaraan.
وَالْبَحْرِ =
dan lautan
Maksudnya
adalah menjadikan juga manusia dapat berlayar di lautan melalui bahtera yang
berlayar di air.
حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ = Sehingga apabila kamu
berada di dalam bahtera
Maksudnya adalah ketika manusia berada di
dalam kapal ( bahtera).
وَجَرَيْنَ بِهِمْ = dan meluncurlah bahtera itu membawa mereka
Maksudnya
yaitu orang-orang yang ada di dalam kapal dengan kekuatan angin yang baik yang dapat mengantar mereka ke tujuan, dan
dengan demikian mereka merasa tenang berlayar.
وَفَرِحُوا بِهَا = bergembira karenanya
Maksudnya
yaitu bergembira dengan keadaan yang mereka alami itu sehingga mengantarkannya
ke tujuan.
جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ
مِنْ كُلِّ مَكَانٍ = datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap
penjuru menimpanya,
Maksudnya adalah pada saat berlayar
tiba-tiba datanglah angin badai dari arah atas yang mengacaukan pelayaran lagi
mencekam mereka.
وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ = dan mereka mengira telah terkepung
Maksudnya
yaitu yakin bahwa mereka telah terkepung oleh bahaya dan segera akan binasa
sehingga mereka menjadi semakin cemas.
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ = maka mereka berdoa
kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata.
Maksudnya adalah tidak mempersekutukan-Nya
dan, yakin bahwa hanya Dia semata-mata yang dapat menyelamatkan mereka.
لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا = sesungguhnya jika Enkau menyelamatkan
kami
Maksudnya
adalah jika Allah Yang Maha Esa lagi Maha Pengasih menyelamatkan kami dari
bahaya, maka kami berjanji demi kekuasaan-Mu.
لَنَكُونَنَّ مِنَ = pastilah kami akan termasuk
Maksudnya
adalah maka orang-orang yang selamat termasuk dalam kelompok orang-orang
yang bersyukur.
الشَّاكِرِينَ = orang-orang yang bersyukur
Maksudnya yakni yang benar-benar
menghayati dan mengamalkan kesyukuran dalam bentuk sempurna dan yang menjadikan
kami wajar masuk dalam kelompok terkemuka itu. (M.Quraish Shihab, 2002; 53-54)
D.
MUNASABAH
Pada
ayat-ayat yang lalu, Allah menerangkan berbagai alasan yang dikemukakan
orang-orang musyrik untuk mengingkari kenabian Muhammad. Mereka meminta kepada
Muhammad SAW agar diturunkan kepada mereka mukjizat yang berhubungan dengan
kejadian yang aneh seperti yang terjadi pada nabi-nabi terdahulu, selain dari
ayat-ayat Al-qur’an. Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang
musyrik itu tidak akan beriman walau ayat apapun yang diturunkan kepada mereka.
Jika mereka terlepas dari suatu bencana, maka mereka tidak percaya bahwa yang
melepaskan mereka dari bencana tersebut adalah Allah bahkan mereka kembali
berbuat kerusakan. (DEPAG RI, 2010; 75)
E.
KORELASI TEKS
1.
Qs. Al-isra’ ayat 66
رَبُّكُمُ
الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (66)
66.
Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu
mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang
terhadapmu.
2.
Qs. Luqman ayat 31
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي
الْبَحْرِ بِنِعْمَةِ اللَّهِ لِيُرِيَكُمْ مِنْ آَيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (31)
31.
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.
3.
Qs. Az-Zukhruf ayat 12,13
وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ (12) لِتَسْتَوُوا عَلَى
ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ
وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ
(13)
12. Dan Yang menciptakan
semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak
yang kamu tunggangi. 13. Supaya kamu
duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah
duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. (Al-Qur’an Digital)
F.
URAIAN
Sepintas
ayat ini bagaikan hanya berbicara tentang atau kapal-kapal yang masih
menggunakan layar, tetapi sebenarnya – tulis asy-Sya’râwi – kata rîh juga
digunakan untuk makna kekuatan seperti firman-Nya dalam Qs. Al-Anfâl (8) : 46: (
وَلَا
تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ) “dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu”. Dengan demikian, jika kini perkembangan pelayaran telah beralih
dari penggunaan layar, ke uap, kemudian listrik dan computer, maka kata rîh
dalam arti kekuatan dapat mencakupnya.
Ayat di atas merupakan bukti lain dari
Kuasa Allah, karena ayat ini juga berhubungan dengan Qs. Luqman ayat 31 “tidakkah
kamu melihat dan memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal yang kecil
atau yang besar berlayar di laut dengan nikmat Allah, sambil membawa
muatan bermanfaat buat kamu. Dia telah menetapkan sekian ketentuan sehingga
betapa pun berat dan besarnya kapal, ia akan tetap mengapung. Allah melakukan
itu supaya Dia memperlihatkan kepada kamu sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Sesungguhya pada yang demikian hebat dan
menakjubkan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang
sangat sabar lagi banyak bersyukur.
Kata (بِنِعْمَةِ اللَّهِ) pada Qs. Luqman ayat 31 dipahami oleh sementara ulama dalam
arti izin-Nya, yakni berkat hukum-hukum alam yang ditetapkan-Nya. Dengan
pandangan sederhana, orang akan bertanya mengapa jarum tenggelam ke dasar laut,
sedang kapal yang demikian besar dan berat dapat terapung danberlayar? Jelas
ada izin Allah sehingga hal itu menjadi demikian. Pasti ada hukum-hukum alam
yang ditetapkan-Nya. Salah satunya adalah ketetapan yang kemudian ditemukan
oleh Archimedes dan yang di kenal dengan hukum “Gaya Apung” atau Hukum
Archimedes, serta masih banyak lagi hukum-hukum yang lain. Demikian pula
misalnya jika cuaca tidak seperti dalam batas kadar yang ditetapkan Allah,
niscaya laut akan membeku atau kering sama sekali. Dan masih banyak lainnya.
Selanjutnya,
karena hukum-hukum alam yang merupakan rahmat Allah itu dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh manusia, maka ia pun merupakan nikmat-Nya. Lebih dari itu,
Allah pun masih tetap memelihara manusia dari sekian banyak bahaya yang dapat
muncul dalam aneka situasi pelayaran.
Banyak
tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat dipetik dengan memperhatikan pelayaran
seperti angin, air, kepadatan kapal tanpa tenggelam, laut serta isinya yang
beraneka ragam laut dan hukum-hukum alam yang berkaitan dengannya dan
lain-lain.
Kata ( الشَّاكِرِينَ ) pada Qs. Yunus ayat 22 dan kata (صَبَّارٍ شَكُورٍ ٍ) pada Qs Luqman ayat 31 mengisyaratkan bahwa kehidupan manusia
tidak akan luput dari anugerah yang menuntutnya banyak bersyukur. Dalam konteks
ini Nabi Saw. Bersabda : “aku takjub dengan keadaan seorang mukmin. Jika dia
memperoleh nikmat, dia bersyukur. Dan jika ditimpa musibah, dia bersabar. Maka
semua urusannya selalu baik.” (M.Quraish Shihab, 2002; 53-55)
G.
PENUTUP
1.
Allah menerangkan tanda-tanda
kekuasaan-Nya kepada manusia untuk membuktikan bahwa hanya Dia-lah yang berhak
disembah. Penyembahan kepada selain Allah adalah penyembahan yang batil.
2.
Bila dalam keadaan bahaya dan
ancaman malapetaka, manusia ingat dan berserah diri kepada Allah serta berdo’a
agar dihindarkan dari bahaya dan malapetaka itu. Akan tetapi jika bahaya dan
malapetaka itu telah hilang dan mereka merasa senang dan bahagia, mereka lupa
kepada Allah, seakan-akan mereka tidak pernah berdo’a sama sekali kepada-Nya.
3.
Sabar dan syukur adalah bentuk iman kepada
Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Tafsir Perkata Al Hidayah
Al-Qur’an
Digital
M.Quraish
Shihab. 2002. Tafsir Al Misbah Jilid 6. Jakarta: Lentera Hati
M.Quraish
Shihab. 2002. Tafsir Al Misbah Volume 11. Jakarta: Lentera Hati
DEPAG
RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi
good job sis..
BalasHapusterimakasiii tata :)
BalasHapus